BAB I
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN IPI
A. Pengertian IPI
1. Menurut Abdul Rahman
Pendidikan Islam adalah, pengaturan peribadi dan masyarakat agar dapat
memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan
individu maupun kolektif
2. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba
Ilmu Pendidikan Islam adalah pendidikan islam/rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam.
3. Menurut
Mustafa Al-Ghulayani
IPI adalah menanamkan akhlaq yang mulia didalam jiwa
anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat.
Sehingga akhlaq itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya,
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan
tanah air.
B. Ruang Lingkup
1. Perbuatan
mendidik itu sendiri
2. Anak
didik
3. Dasar
dan tujuan pendidikan
4. Pendidik
5. Materi
pendidikan Islam
6. Metode
pendidikan Islam
7. Evaluasi
pendidikan
8. Alat-alat
pendidikan Islam
9. Lingkungan
sekitar
C. Kegunaan IPI
1. Melakukan
pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau
cita-cita Islam yang harus diikhtisarkan agar menjadi kenyataan.
2. Memberikan
bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam.
BAB II
DASAR-DASAR IPI
Dasar ialah merupakan landasan tempat
berpijak atau tegaknya sesuatu tersebut tetapkokoh berdiri. Adapun Ilmu
Pendidikan Islam memiliki landasan antara lain:
a. Al-Quran
b. As-Sunnah
c. Undang-undang
pendidikan yang berlaku.
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT AJARAN ISLAM
A. Tujuan Pendidikan Islam
1. Tujuan Tertinggi Atau Tujuan Akhir Pendidikan Islam
a. Menjadi
hamba Allah SWT.
b. Mengantarkan
subjek didik yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya.
c. Memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat
2. Tujuan Umum Pendidikan Islam
Yaitu tujuan sebagai arah yang tarap pencapaiannya dapat
diukur, karena menyangkut perubahan
sikap prilaku dan kepribadian peserta didik.
3. Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Adalah tujuan yang bersifat relatif, sehingga diadakan
perubahan sesuai dengan kebutuhan, selama berpijak kepada tujuan tertinggi dan
umum.
4. Tujuan Sementara Pendidikan Islam
Tujuan ini merupakan
tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
5. Tujuan Operasional
Yaitu merupakan tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
B. Aspek-aspek Tujuan Pendidikan Islam
1. Tujuan jasmani
2. Tujuan
rohani
3. Tujuan
akal
4. Tujuan
sosial
BA IV
PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Metode dan Alat Pendidikan
Islam
Kata metode berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari
kata “Meta”yang memiliki arti “melaluli” dan kata “Hodos” yang berarti “jalan”
atau “ke” juga bisa berarti “cara ke”. Dalam bahasa Arab, metode disebut Thariqoh
(طَرِقَةْ) yang artinya
jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan
menurut istilah, metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur sesuatu.
B. Pentingnya
Metode dan Alat Pendidikan Islam
Metode dan
alat pendidikan Islam memili peranan penting, sebab merupakan jembatan yang
menghubungkan antara pendidik dan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan
Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim.
C. Jenis-jenis
Metode dan Alat Pendidikan Islam
a. Mendidik dengan cara memberikan kebebasan
kepada anak didik sesuai dengan kebutuhannya.
b. Mendidik anak dengan pendekatan perasaan dan
pikiran
c. Mendidik anak secara informal
d. Mendidik anak secara formal
Menurut
Muhammad Qutby, dalam bukunya Minhaju al-Tarbiyah al-Islamiyah
mengatakan bahwa metode pendidikan Islam itu ada 8, yaitu:
a. Pendidikan melalui teladan
b. Pendidikan melalui nasehat
c. Pendidikan melalui hukuman
d. Pendidikan melalui cerita
e. pendidikan melalui kebiasaan
f. Menyalurkan kekuatan
g. Mengisi
kekosongan
h. Pendidikan
melalui peristiwa-peristiwa
D. Metode
Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam
a. Metode pembelajaran sikalangan anak
1) Metode pembelajaran al-Quran, Sya’ir
dan Sajak
2) Metode pembelajaran Akhlaq
b. Metode pembelajaran tingkat tinggi
Disamping
metode diatas tersebut, terdapat empat metode lagi yang terkadang digunakan
para guru, yaitu:
a. Melalui dengan membaca teks pelajaran
dan kemudian menerangkannya.
b. Guru menguraikan berbagai pendapat yang
berlainan dengan subjek tersebut dan memberikan penjelasan-penjelasan .
c. Guru mengeluarkan pendapat sendiri mengenai
subjek tersebut yang diperkuat dengan dalil.
d. Membanding-bandingkan antara subjek yang
sedang dipelajari dengan subjek-subjek lain yang hampir bersamaan.
BAB
V
KELEMBAGAAN
PENDIDIKAN ISLAM
Islam
mengenal pendidikan dengan pengetiannya yang menyeluruh, dimulai dari
pengembangan jasmani, akal, emosi, rohani dan akhlaq.
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam si Indonesia yaitu:
a.
Pesantren
b.
Sekolah
c.
Madrasah
d.
Sekolah-sekolah dinas
e.
Pendidikan Tinggi Islam
f.
Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri
(PTAIN)
g.
Kademi Dinas Ilmu Agama (ADIA)
h.
Institut Agama Islam Negeri
i.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN)
j.
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta
(PTAIS)
k.
Universitas Islam Negeri (UIN)
l.
Pendidikan Islam nonformal
BAB
VI
PENDIDIKAN SEUMUR
HIDUP DALAM AJARAN ISLAM
Dalam ajaran Islam mencari imu adalah
wajib, baik bagi muslim maupun muslimat. Dan tidak ada batasan waktu untuk
mencarinya.
Batas-batas
pendidikan Islam
1. Batas
Awal Pendidikan Islam
Dr. Asma
Hasan Fahmi menyatakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat
tentang kapan anak mulai dapat dididik, sebahagian diantara mereka berpendapat
setelah anak berusia 4 tahun.
2. Pertumbuhan
Anak
Menurut para
ahli pertumbuhan anak terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Prioditas pertumbuhan yang berdasarkan
biologis, pertumbuhan ini terbagi menjadi beberapa fase diantaranya:
1) Masa
embrio
2) Masa
kanak-kanak
3) Masa
dewasa
4) Masa
tua
5) Meninggal
dunia
b. Prioditas pertumbuhan berdasarkan didaktis,
adapun fase-fasenya adalah sebagai berikut:
1) Sejak lahir sampai usia 6 tahun, anak dijaga
dari segala yang dapat mengotori jasmani dan rohaninya.
2) Anak dididik tentang adab kesusilaan,
pendidikan ini dimulai pada usia 6 tahun.
3) Anak dididik seksualnya, yaitu dengan cara
dipisahkan tempat tidurnya pada usia 9 tahun.
c. Prioditas pertumbuhan berdasarkan
psikologisnya, dalam prioditas inipertumbuhan anak terbagi kedalam 10 fase,
yaitu:
1) Masa kanak-kanak (sejak lahir - 7
tahun)
2) Masa berbicara (8 – 14 tahun)
3) Masa aqil baligh (15 – 21 tahun)
4) Masa syabihah/adolesen (22 – 26 tahun)
5) Masa rujulan/dewasa (29 – 42 tahun)
6) Masa kuhulah (43 – 49 tahun)
7) Masa menurun (50 – 56 tahun)
8) Masa kakek-kakek/nenek-nenek pertama (56
-63 tahun)
9) Masa kakek-kakek/nenek-nenek ke dua (64
– 75 tahun)
10) Akhirnya meninggal
3. Asas-asas
Pendidikan Seumur Hidup
Asas
pendidikan seumur hidup berititik tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan
dapat berlangsung selama manusia hidup baik didalam maupun diluar sekolah.
4. Tujuan
Pendidikan Seumur Hidup
a. Untuk mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodratnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya seoptimal
mungkin.
b. mengingat akan proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar
dilakukan dan berlangsung seumur hidup.
BAB VII
PESERTA
DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
(Konsep
Islam tentang Fitrah dan Bi’ah)
A.
Dasar-dasar
kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan
Setiap anak yang dilahirkan ke
dunia ini adalah memerlukan pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa,
Rasulallah Saw. Bersabda yang artinya :
“Tiadalah seseorang yang
dilahirkan melainkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang
menyahudikannya atau menasronikannya atau memajusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan
sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tiada berhidung dan bertelinga?
Kemudian Abi Hurairoh berkata, apabila kamu mau, bacalah lazimiah fitrah Allah
yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrah Nya. Tiada penggantian
terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam).
(HR. Muslim).
AllahSWT. juga berfirman dalam surat An-Nahl : 78 yang artinya :
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”.
(Q.S. An-Nahl : 78).
Dari ayat dan hadits di atas dapat
disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana
mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Jika diamati lebih jauh
sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
a.
Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli didik
memandang manusia sebagai Animal Edukandum: makhluk yang memerlukan pendidikan.
Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang
yang dapat dididik.
Quraisy Shihab berpendapat bahwa untuk
menyukseskan tugas-tugasnya selaku kholifah Tuhan di muka bumi, Allah
melengkapi makhluk ini dengan potensi-potensi tertentu, antara lain :
Ø Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat,
fungsi-fungsi dan kegunaan segala
macam benda. Hal ini tergambar dalam firman Allah Swt : “Dia telah mengajarkan
kepada Adam AS. nama-nama benda seluruhnya.” (Al-baqarah : 231).
Ø Ditundukkan bumi, langit dan segala
isinya : bintang-bintang, planet-planet dan sebagainya oleh Allah kepada
manusia (Q.S. Al-Ghosiyah : 12-13)
Ø Potensi akal pikiran secara panca indera
(Q.S. Al-Mulk : 23)
Ø Kekuatan positif untuk merubah corak
kehidupan manusia ini (Q.S. 13 :
11)
b.
Aspek Sosiologis dan Kultural
Menurut para ahli sosiologi
pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan
berkemampuan dasar atau yang memiliki garizah (insting) untuk hidup
bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung
jawab social (Social responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan
hubungan timbal balik (inter-relasi) dan saling pengaruh-mempengaruhi antara
sesama anggota masyarakat
dalam kesatuan hidup mereka.
Dalam mengembangkan kemampuan kita tentunya
harus dibarengi dengan akal yang jernih agar dalam hasil pemikiran akal
tersebut menghasilkangagasan-gagasan yang cemerlang.
Adapun Al-Ishfahami, membagi akal manusia ke
dalam dua macam, yaitu :
a)
Aql-Matbu,
yaitu akal yang merupakan pancaran dari Allah
sebagai fitrah
ilahi. Akal ini menduduki
posisi yang sangat tinggi, namun demikian akal ini tidak bisa berkembang dengan baik secara
optimal bila
tidak dibarengi dengan
kekuatan akal lainnya, yaitu akal al-masmu.
b)
Aql
al-masmu, yaitu akal yang merupakan
kemampuan menerima yang dapat dikembangkan oleh manusia. Akal ini bersifat
aktif dan berkembang sebatas kemampuan yang dimiliki lewat bantuan proses
penginderaan, secara bebas. Untuk mengarahkan agar akal ini tetap berada di
jala tuhannya, maka keberadaan akal masmu tidak dapat dilepaskan.
Sedangkan
fungsi akal manusia terbagi kepada enam, yaitu :
1.
Akal adalah penahan nafsu dengan akal, manusia dapat mengerti apa yang tidak
dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai kewajiban.
2.
Akal
adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu baik
yang jelas maupun yang tidak jelas.
3.
Akal
adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan kesesatan.
4.
Akal
adalah kesadaran batin dan pengaturan.
5.
Akal
adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi penglihatan mata.
6.
Akal
adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan dihadapi.
Adapun tujuan
pendidikan akal, berdasarkan semangat islam secara utuh, adalah akal yang
sempurna menurut ukuran ilmu dan takwa. Dengan kata lain, setelah mengalami
pendidikan dalam arti yang luas,akal seseorang diharapkan mencapai tingkat
perkembangan yang optimal. Sehingga kemampuan berperan sebagaimana yang
diharapkan, yaitu untuk berfikir dan berdzikir.
c.
Aspek Tauhid
Aspek tauhid
ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang
berketuhanan yang menurut istilah ahli
disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut
juga homo religious artinya makhluk yang beragama.
Pandangan
Islam terhadap fitrah
inilah yang membedakan kerangka nilai dasar pendidikan Islam dengan pendidikan
lainnya. Dalam konteks makro
pandangan Islam
terhadap kemanusiaan, ada tiga implikasi dasar yaitu:
1.
Implikasi
yang berkaitan dengan pendidikan dimasa depan.
2.
Tujuan
(Ultimate goa)pendidikan yaitu muttaqin.
3.
Muatan
materi dan metodologi pendidikan.
B.
Pengaruh Konsep Bi’ah Terhadap Pendidikan Anak
Konsep Bi’ah ini adalah
konsep lingkungan. Konsep ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak karena
lingkungan ialah sesuatu yang berada di luar diri yang dapat mempengaruhi
perkembangannya.
Menurut Drs. Abdurahman
Saleh ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak,
yaitu :
a.
Lingkungan
yang acuh tak acuh terhadap agama.
b.
Lingkungan
yang berpegang pada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin.
c.
Lingkungan
yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengaruh lingkungan terhadap pendidikan dapat dibagi
dalam tiga bagian:
1.
Pengaruh
lingkungan positif.
2.
Pengaruh
lingkungan negative
3.
Pengaruh
netral
Adapun lembaga-lembaga yang tumbuh di masyarakat yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak seperti halnya :
a.
Keluarga
b.
Sekolah
c.
Tempat
ibadah
d.
Masyarakat
BAB
VIII
KURIKULUM
PENDIDIKAN ISLAM
Kurikulum
dalam pendidikan Islam merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
proses pendidikan Islam. Kekeliruan dalam menyusun kurikulum akan membawa anak
didik mengemukakan ketentuan yang berbagai macam guna menyusun kurikulum itu.
1. Prinsip-prinsip
Kurikulum Pendidikan Islam.
Menurut
Al-Taumi, prinsip pendidikan kurikulum pendidikan Islam adlah sebagai berikut:
a. Prinsip Pertama
Prinsip
pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran dan
nilainya. Maka setiap yang bersangkutan dengan kurikulum termasuk falsafah
kurikulum, metode mengajar, cara-cara perlakuan dan hubungan yang berlaku
dengan lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
b. Prinsip Ke Dua
Yaitu
prinsip Universal (menyeluruh) pada tujuan dan kandungan kurikulum.
c. Prinsip Ke Tiga
Prinsip ini merupakan keseimbangan yang relatip antara tujuan dan
kandungan kurikulum.
2. Ciri-ciri
Kurikulum Dalam Pendidikan Islam
a. Sistem
kurikulum harus selaras dengan fitrah manusia sehingga memiliki peluang untuk
menyucikannya.
b. Hendaknya
metode pendidikan bersifat luas, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai
kondisi.
c. Memperhatikan
priodisasi perkembangan peserta didik.
d. Kurikulum
tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan.
e. Hendaknya
kurikulum itu realistis, dalam artian bahwa kurikulum ini dapat direalisasikan
sesuai dengan situasi dan kondisi.
3. Kurikulum
Pendidikan di Indonesia
a.Sistem Madrasah
b.Sistem Pondok Pesantren
BAB
IX
PERBEDAAN
ANTARA PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN BARAT.
A. Sistem
Ideologi
Islam
memiliki sistem ideologi At-Tauhid, yang bersumbrkan pada Al-Quran dan
As-Sunnah. Sedangkan Non-Islam bersumber pada isme-isme, seperti Kapitalisme,
Komunisme, Materialisme dan lain sebagainya.
B. Sistem Nilai
Pendidikan
Islam menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber asal dan Ijtihad sebagai
sumber tambahan. Sedangkan pendidikan Non-Islam bersumberkan pada hasil
pemikiran, penelitian para ahli dan adat kebiasaan masyarakat.
C. Orientasi
Pendidikan
Pendidikan
Islam berorientasikan pada dunia dan akhirat, sedangkan pendidikan Non-Islam
hanya berorientasi pada kehidupan dunia semata.
Adapun yang lebih jelasya dapat kita lihat dan kita pahami
pada kolom di bawah ini.
PENDIDIKAN ISLAM
|
PENDIDIKAN BARAT
|
1.
Mengacu
kepada idiologi al-tauhid yang bersumber kepada al-Qur’an dan hadits
2. Pendidikan islam berorientasi
kepada kebutuhn duniawi dan ukhrowi
3. Kebutuhan rohani dan jasmani
4.
Bersumber
dari ijtihad yang acuannya adalah
Al-Qur’an dan Hadits sebagai tambahan dalam metode pendidikan
5. Mengatur hubungan antara
manusia dengan sang pencipta dengan alam serta manusia
6. Membawa
manusia supaya dapat menempuh kehidupan duniawi yang indah serta terhindar
dari siksa Allah yang sangat pedih.
|
1.
Mengacu
kepada idiologi- idiologi yang bersumber dari isme-isme materialis, komunis,
ateis, sosialis dan kapitalis
2.
Berorientasi kepada kebutuhan duniawi semata (
materialisme)
3.
Kebutuhan
jasmani semata
4.
Hasil
pemikiran, penelitian para ahli dan adat kebiasan masyarakat
5.
Hanya
mengatur bagaimana manusia itu dapat mengembangkan potensinya demi kebutuhan
hidup semata( sosialis)
6.
Bertitik
tolak dari pilsafat progmatisme yaitu yang mengukur keberadaan menurut
kepentingan waktu, tempat, situasi dan berakhir pada garis hajat.
|
Apabila ide pokok idiologi Islam
berupa At-Tauhid maka setiap tindakan pendidikan Islam harus berdasarkan
At-Tauhid pula. Maka dari itu tauhid juga bukan hanya meng-Esakan tuhan seperti
yang dipahami oleh kaum monoteis,melainkan juga meyakini kesatuan pencipta
(unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of menkind), kesatuan tuntutan
hidup (unity of purpose), dengan kerangka dasar tauhid ini maka pendidikan Islam tidak ditemukan tindakan dualisme, dikotomi,
bahkan sekularis. Sistem pendidikan Islam mencakup : pendidik, peserta didik,
kurikulum, metode, tujuan dan media, menghendaki adanya integralisme yang
menyatukan kebutuhan dunia dan akhirat jasmani dan rohani.
Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi
ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.
Firman
Allah swt:
وابتغ فيما
ءاتك الله الدَّارالاخرة ولاتنس نصيـبك من الدنيا واحسن كمااحسن الله اليك ولاتبغ
الفساد فى الارض ان الله لايحب المفسدين ﴿٧٧﴾
Dari penjelasan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Islam
mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjalin hubungan yang erat dengan Allah
dan seasama manusia. Pada dasarnya ajaran Islam dibagi dalam dua kelompok yaitu
akidah dan syariah. Muslim yang sejati disisi Allah adalah orang yang beriman
dan menjalannkan syariahnya. Barang siapa beramal tanpa bersyariah atau
sebaliknya niscaya tidak berhasil.
Fungsi pendidikan dalam Islam yaitu untuk menciptakan
manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di akhirat, akan tetapi tidak
terbatas pada kehidupan duniawi semata. Sedangkan fungsi pendidikan barat yang
notabenenya adalah non islam hanya memfokuskan kehidupan duniawi semata dalam pengkajian
ilmu pengetahuan.
BAB X
PERBEDAAB
ANTARA TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
1. Tujuan
Pendidikan Islam
a. Memiliki keperibadian Islam
b. Menguasai tsaqofah Islamiyah dengan
handal
c. Menguasai ilmu-ilmu terapan
d. Memiliki keterampilan yang tepat dalam
berdayaguna
2. Tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia
Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi
cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan
dengan berbagai cara untuk sistem, baik sistem formal maupun non formal.
BAB XI
SYARAT-SYARAT PENDIDIK DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Definisi Pendidik Menurut Ajaran Pendidik
Islam
1.
Pendidik
Dalam Islam
Ø Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu
dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan,
serta implementasi.
Ø Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan
peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang
berkualitas dimasa depan.
Ø Mudarris adalah orang yang memiliki
kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaruhi pengetahuan dan keahliannya
secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas
kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.
Ø Mursyid adalah orang yang mampu menjadi
model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan dan
konsultan bagi peserta didiknya.
Menurut
imam Al-Ghozali, agar pendidik sukses dalam menjalankan tugasnya ia harus memiliki adab yang baik. Imam Al-Ghozali berkata, “mata anak didik selalu tertuju kepadanya,
telinganya selalu menganggap baik berarti baik pula disisi mereka dan apabila
dia menganggap jelek berarti jelek pula disisi mereka.
B. Syarat Syah Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Diantara syarat-syarat pendidik yaitu:
1.Harus orang beragama Islam
2.Bertanggung jawab
3.Mampu bersaing dengan guru-guru sekolah umum lainnya
4.Harus mengerti ilmu mendidik dengan sebaik-baiknya
5.Memiliki bahasa yang baik
6.Mencintai anak didiknya
7.Harus bekerja (mendidik) karena Allah
C. Tugas Pendidik Dalam Islam
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Karena tujuan pendidik Islam yang utama adalah upaya untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam pradigma jawa, pendidik diidentikan dengan (gu dan ru)
yang berarti “ digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu dipercaya karena guru
mempunyai seperangkap ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan
pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru karena guru
mempunyai kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut
dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.
Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan
menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Sebagai
instruksional (pengajar), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan
penilaian setelah program dilaksanakan.
2.
Sebagai
educator (pendidik), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan
berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
3.
Sebagai
managerial (pendidik), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri,
peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah.
BAB XII
ALAT-ALAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Alat
pendidikan yang dapat digunakan untuk pendidikan agam di sekolah misalnya:
1. Media
tulis dan cetak
2. Benda-benda
alam
3. Gambar-gambar,
lukisan, diagram, peta dan grafik.
4. Gambar
yang dapat diproyeksi baik dengan atau tanpa suara
BAB XIII
PEMBINAAN LINGKUNGAN ISLAM DALAM
AJARAN PENDIDIKAN ISLAM
Pembinaan
lingkungan mempunyai andil yang sangat signifikan dalam pembentikan sikap dan
perilaku, yang pada akhirnya akan membentuk sebuah keperibadian yang sempurna.
Pembinaan lingkungan sendiri, terdiri dalam tiga lingkup yang secara
keseluruhan akan mendukung proses implementasi pendidikan Islam, lingkungan
tersebut adalah:
1. Lingkungan
sekolah
2. Lingkungan
masyarakat
3. Lingkungan
keluarga
BAB XV
KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian Lembaga
Secara
etimologi, asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan
atau organisasi yang bertujuan mengadakan atau melakuakan suatu usaha atau
suatu penelitian keilmuan. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
lembaga mengandung dua arti, satu pengertian secara fisik, material, kongkrit,
dua pengertian secara nonfisik, nonmaterial, dan abstrak.
Amir Daien mendefinisikan
lembaga pendidikan dengan orang atau badan yang secara
wajar memiliki tanggung jawab pendidikan. Definisi lain tentang pendidikan
adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola
tingkah laku, peranan-peranan dan relasi yang terarah dalam mengikat individu
yang memiliki otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan
sosial dasar.
Adapun
lembaga pendidikan Islam secara terminologis adalah suatu wadah atau tempat
dimana berlangsungnya dan terselenggaranya pendidikan Islam, dan mempunyai
pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta memiliki struktur
tersendiri yang dapat mengikat individu yang di bawah naungannya
sehingga ia memiliki.
B.
Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam Dengan Tanggung Jawabnya
Adapun
ruang lingkup kelembagaan pendidikan Islam ini antara lain meliputi keluarga,
mushalla atau mesjid, madrasah atau sekolah dan pondok pesantren.
1.
Keluarga
Keluarga adalah wadah yang sangat penting
diantara individu dan grup, merupakan kelompok pertama dimana anak-anak menjadi
anggotanya.
2.
Mesjid
atau mushalla
Menurut bahasa mesjid
berarti tempat sujud, sedangkan menurut istilah ialah tempat umat Islam
menunaikan shalat, dzikir kepada Allah SWT. baik mesjid atau mushalla yang
semula dijadikan tempat shalat dan dzikir kepada Allah SWT. kemudian juga
menjadi tempat untuk melaksanakan pendidikan.
H. Zaenal Abidin
Ahmad menyitir pendapat Ustadz Ali Al-Qadli yang menyatakan bahwa mesjid adalah
lembaga atau wadah pendidkan yang kedua setelah rumah. Beliau berkata mesjid di dalam Islam melembagakan faktor
pendidikan yang penting. Karena mesjid adalah tempat beribadah kepada Allah
SWT, dan juga tempat memberikan pendidikan.
Prof. Athiyah
al-Abrasyi menyatakan sebagai berikut: “pendidikan dalam Islam erat kaitannya
dengan mesjid, kaum muslimin telah memantapkan mesjid untuk tempat beribadah,
sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam serta pendidikan keagamaan
dimana dipelajari kaidah-kaidah islam, hukum-hukum Agama, sebagai tempat
pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi para pemimpin”.
3.
Sekolah
atau Madrasah
Lembaga pendidikan ini terdiri dari beberapa jenjang, yang
diantaranya:
a.
Raudatul Atfal
b.
Madrasah Ibtidaiyah
c.
Maddrasah Diniyah
d.
Madrasah Tsanawiyah
e.
Madrasah Aliyah
f.
Al-Jamiah atau lebih dipakai dengan nama IAIN terdiri
dari lima Fakultas:
Ø Fakultas Dakwah
Ø Fakultas Syari’ah
Ø Fakultas Tarbiyah
Ø Fakultas Ushuludin
Ø Fakultas Adab
- Pondok Pesantren
Dalam kamus Bahasa
Indonesia WJS Poerdarminto mengartikan pondok sebagai tempat mengaji, belajar
agama Islam, sebagai pesantren diartikan sebagai tempat orang yang belajar atau
menuntut pelajaran agama Islam.
HA. Timur Jaelani MA.
Mengatakan bahwa yang dimaksud pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, pada umumnya pendidikan
dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara sorogan. Dimana seorang kyai
mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab
oleh para Ulama besar. Sedangkan para santri biasanya tinggal di pondok atau
asrama dalam pesantren tersebut.
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, bahwa pondok pesantren itu terdiri dari dua tipe
yaitu:
a.
Pondok
pesantren yang mempertahankan pendidikan dalam bentuk asinya, pondok pesantren
ini tidak memiliki tingkat seperti halnya sekolah.
b.
Pondok
pesantren yang menyesuaikan dengan tuntunan dan kemajuan zaman di lapang
pendidikan. Karna itu ada penjenjangan belajar santri.
C.
Lembaga Pendidikan Islam Dilihat dari Ajaran Islam Sebagai
Asasnya
Sidi Ghazalba
mengemukakan, bahwa jenis lembaga pensisikan Islam yang serba tetap dan tidak
boleh berubah serta tidak mungkin berubah adalah sebagai berikut:
1.
Rukun
iman adalah asas ajaran dan amal Islam
2.
Ikrar
keyakinan atau pengucapan dua kalimah syahadat adalah lembaga pernyataan.
3.
Thaharah
adalah lembaga penyucian
4.
Shalat
adalah lembaga utama agama
5.
Zakat
adalah lebaga pemberian wajib
6.
Puasa,
lembaga menahan diri
7.
Haji
adalah lembaga kunjungan ke Baitullah
8.
Ihsan,
lembaga membaiki
9.
Ikhlas
adalah lembaga yang menjadi amal agama
10.
Taqwa
adalah lembaga yang menjaga hubungan dengan Allah SWT.
Adapun
lembaga yang dapat berubah, karena perubahan norma-norma adalah :
a)
Ijtihad,
lembaga berfikir
b)
Fiqih,
lembaga putusan tentang hukum yang dilakukan dengan ijtihad
c)
Akhlak,
lembaga nilai-nilai tingkah laku perbuatan
d)
Lembaga
pergaulan masyarakat
e)
Lembaga
ekonomi
f)
Lembaga
politik dan lain-lain.