Kamis, 25 Oktober 2012

Ilmu Pendidikan Islam


BAB I
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN IPI
A.        Pengertian IPI
            1.         Menurut Abdul Rahman
Pendidikan Islam adalah, pengaturan peribadi dan masyarakat agar dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif
2.   Menurut Drs. Ahmad D. Marimba
Ilmu Pendidikan Islam adalah pendidikan islam/rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
3.   Menurut Mustafa Al-Ghulayani
IPI adalah menanamkan akhlaq yang mulia didalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat. Sehingga akhlaq itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
B.        Ruang Lingkup
1.          Perbuatan mendidik itu sendiri
2.          Anak didik
3.          Dasar dan tujuan pendidikan
4.          Pendidik
5.          Materi pendidikan Islam
6.          Metode pendidikan Islam
7.          Evaluasi pendidikan
8.          Alat-alat pendidikan Islam
9.          Lingkungan sekitar
C.        Kegunaan IPI
1.   Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diikhtisarkan agar menjadi kenyataan.
2.   Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Islam.


BAB II
DASAR-DASAR IPI
                        Dasar ialah merupakan landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu tersebut tetapkokoh berdiri. Adapun Ilmu Pendidikan Islam memiliki landasan antara lain:
            a.         Al-Quran
            b.         As-Sunnah
            c.         Undang-undang pendidikan yang berlaku.
BAB III
TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT AJARAN ISLAM
A.        Tujuan Pendidikan Islam
1.         Tujuan Tertinggi Atau Tujuan Akhir Pendidikan Islam
            a.         Menjadi hamba Allah SWT.
b.   Mengantarkan subjek didik yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya.
c.   Memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat
2.         Tujuan Umum Pendidikan Islam
            Yaitu tujuan sebagai arah yang tarap pencapaiannya dapat diukur, karena menyangkut   perubahan sikap prilaku dan kepribadian peserta didik.
3.         Tujuan Khusus Pendidikan Islam
            Adalah tujuan yang bersifat relatif, sehingga diadakan perubahan sesuai dengan kebutuhan, selama berpijak kepada tujuan tertinggi dan umum.
4.         Tujuan Sementara Pendidikan Islam
            Tujuan ini merupakan  tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
5.         Tujuan Operasional
            Yaitu merupakan tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
B.        Aspek-aspek Tujuan Pendidikan Islam
            1.         Tujuan jasmani
            2.         Tujuan rohani
            3.         Tujuan akal
            4.         Tujuan sosial




BA IV
PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM
A.        Pengertian Metode dan Alat Pendidikan Islam
            Kata metode berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata “Meta”yang memiliki arti “melaluli” dan kata “Hodos” yang berarti “jalan” atau “ke” juga bisa berarti “cara ke”. Dalam bahasa Arab, metode disebut Thariqoh (طَرِقَةْ) yang artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur sesuatu.
B.        Pentingnya Metode dan Alat Pendidikan Islam
            Metode dan alat pendidikan Islam memili peranan penting, sebab merupakan jembatan yang menghubungkan antara pendidik dan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim.
C.        Jenis-jenis Metode dan Alat Pendidikan Islam
a.   Mendidik dengan cara memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhannya.
b.   Mendidik anak dengan pendekatan perasaan dan pikiran
c.   Mendidik anak secara informal
d.  Mendidik anak secara formal
            Menurut Muhammad Qutby, dalam bukunya Minhaju al-Tarbiyah al-Islamiyah mengatakan bahwa metode pendidikan Islam itu ada 8, yaitu:
            a.         Pendidikan melalui teladan
            b.         Pendidikan melalui nasehat
            c.         Pendidikan melalui hukuman
            d.         Pendidikan melalui cerita
            e.         pendidikan melalui kebiasaan
            f.          Menyalurkan kekuatan
g.   Mengisi kekosongan
h.   Pendidikan melalui peristiwa-peristiwa
D.        Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam
            a.         Metode pembelajaran sikalangan anak
                        1)         Metode pembelajaran al-Quran, Sya’ir dan Sajak
                        2)         Metode pembelajaran Akhlaq
            b.         Metode pembelajaran tingkat tinggi

            Disamping metode diatas tersebut, terdapat empat metode lagi yang terkadang digunakan para guru, yaitu:
            a.         Melalui dengan membaca teks pelajaran dan kemudian menerangkannya.
b.   Guru menguraikan berbagai pendapat yang berlainan dengan subjek tersebut dan memberikan penjelasan-penjelasan        .
c.   Guru mengeluarkan pendapat sendiri mengenai subjek tersebut yang diperkuat dengan dalil.
d.  Membanding-bandingkan antara subjek yang sedang dipelajari dengan subjek-subjek lain yang hampir bersamaan.
BAB V
KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM
            Islam mengenal pendidikan dengan pengetiannya yang menyeluruh, dimulai dari pengembangan jasmani, akal, emosi, rohani dan akhlaq.
            Lembaga-lembaga pendidikan Islam si Indonesia yaitu:
a.       Pesantren
b.      Sekolah
c.       Madrasah
d.      Sekolah-sekolah dinas
e.       Pendidikan Tinggi Islam
f.       Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
g.      Kademi Dinas Ilmu Agama (ADIA)
h.      Institut Agama Islam Negeri
i.        Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
j.        Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS)
k.      Universitas Islam Negeri (UIN)
l.        Pendidikan Islam nonformal
BAB VI
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM AJARAN ISLAM
Dalam ajaran Islam mencari imu adalah wajib, baik bagi muslim maupun muslimat. Dan tidak ada batasan waktu untuk mencarinya.
            Batas-batas pendidikan Islam
1.         Batas Awal Pendidikan Islam
            Dr. Asma Hasan Fahmi menyatakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat tentang kapan anak mulai dapat dididik, sebahagian diantara mereka berpendapat setelah anak berusia 4 tahun.
2.         Pertumbuhan Anak
            Menurut para ahli pertumbuhan anak terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a.   Prioditas pertumbuhan yang berdasarkan biologis, pertumbuhan ini terbagi menjadi beberapa fase diantaranya:
      1)          Masa embrio
      2)          Masa kanak-kanak
      3)          Masa dewasa
      4)          Masa tua
      5)          Meninggal dunia
b.   Prioditas pertumbuhan berdasarkan didaktis, adapun fase-fasenya adalah sebagai berikut:
1)   Sejak lahir sampai usia 6 tahun, anak dijaga dari segala yang dapat mengotori jasmani dan rohaninya.
2)   Anak dididik tentang adab kesusilaan, pendidikan ini dimulai pada usia 6 tahun.
3)   Anak dididik seksualnya, yaitu dengan cara dipisahkan tempat tidurnya pada usia 9 tahun.
c.   Prioditas pertumbuhan berdasarkan psikologisnya, dalam prioditas inipertumbuhan anak terbagi kedalam 10 fase, yaitu:
                        1)         Masa kanak-kanak (sejak lahir - 7 tahun)
                        2)         Masa berbicara (8 – 14 tahun)
                        3)         Masa aqil baligh (15 – 21 tahun)
                        4)         Masa syabihah/adolesen (22 – 26 tahun)
                        5)         Masa rujulan/dewasa (29 – 42 tahun)
                        6)         Masa kuhulah (43 – 49 tahun)
                        7)         Masa menurun (50 – 56 tahun)
                        8)         Masa kakek-kakek/nenek-nenek pertama (56 -63 tahun)
                        9)         Masa kakek-kakek/nenek-nenek ke dua (64 – 75 tahun)
                        10)       Akhirnya meninggal
3.         Asas-asas Pendidikan Seumur Hidup
            Asas pendidikan seumur hidup berititik tolak atas keyakinan, bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup baik didalam maupun diluar sekolah.
4.         Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
a.   Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodratnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
b.   mengingat akan proses pertumbuhan dan perkembangan manusia yang bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar dilakukan dan berlangsung seumur hidup.

BAB VII
PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
(Konsep Islam tentang Fitrah dan Bi’ah)
A.    Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini adalah memerlukan pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa, Rasulallah Saw. Bersabda yang artinya :
Tiadalah seseorang yang dilahirkan melainkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang menyahudikannya atau menasronikannya atau memajusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tiada berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairoh berkata, apabila kamu mau, bacalah lazimiah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrah Nya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam). (HR. Muslim).
AllahSWT.  juga berfirman dalam surat An-Nahl : 78 yang artinya :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”. (Q.S. An-Nahl : 78).
Dari ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
a.      Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai Animal Edukandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik.
            Quraisy Shihab berpendapat bahwa untuk menyukseskan tugas-tugasnya selaku kholifah Tuhan di muka bumi, Allah melengkapi makhluk ini dengan potensi-potensi tertentu, antara lain :
Ø  Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi-fungsi dan kegunaan segala macam benda. Hal ini tergambar dalam firman Allah Swt : “Dia telah mengajarkan kepada Adam AS. nama-nama benda seluruhnya.” (Al-baqarah : 231).
Ø  Ditundukkan bumi, langit dan segala isinya : bintang-bintang, planet-planet dan sebagainya oleh Allah kepada manusia (Q.S. Al-Ghosiyah : 12-13)
Ø  Potensi akal pikiran secara panca indera (Q.S. Al-Mulk : 23)
Ø  Kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan manusia ini (Q.S. 13 : 11)
b.      Aspek Sosiologis dan Kultural
            Menurut para ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki garizah (insting) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab social (Social responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter-relasi) dan saling pengaruh-mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.
             Dalam mengembangkan kemampuan kita tentunya harus dibarengi dengan akal yang jernih agar dalam hasil pemikiran akal tersebut menghasilkangagasan-gagasan yang cemerlang.
                Adapun Al-Ishfahami, membagi akal manusia ke dalam dua macam, yaitu :
a)      Aql-Matbu, yaitu akal yang merupakan pancaran dari Allah sebagai fitrah ilahi. Akal ini menduduki posisi yang sangat tinggi, namun demikian akal ini  tidak bisa berkembang dengan baik secara optimal bila tidak dibarengi dengan kekuatan akal lainnya, yaitu akal al-masmu.
b)      Aql al-masmu, yaitu akal yang merupakan kemampuan menerima yang dapat dikembangkan oleh manusia. Akal ini bersifat aktif dan berkembang sebatas kemampuan yang dimiliki lewat bantuan proses penginderaan, secara bebas. Untuk mengarahkan agar akal ini tetap berada di jala tuhannya, maka keberadaan akal masmu tidak dapat dilepaskan.
                                     Sedangkan fungsi akal manusia terbagi kepada enam, yaitu :
1.      Akal adalah penahan nafsu dengan akal, manusia dapat mengerti apa yang tidak dikehendaki oleh amanat yang dibebankan kepadanya sebagai kewajiban.
2.      Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah dalam menghadapi sesuatu baik yang  jelas maupun yang tidak jelas.
3.      Akal adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan kesesatan.
4.      Akal adalah kesadaran batin dan pengaturan.
5.      Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi penglihatan mata.
6.      Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau untuk masa yang akan dihadapi.
          Adapun tujuan pendidikan akal, berdasarkan semangat islam secara utuh, adalah akal yang sempurna menurut ukuran ilmu dan takwa. Dengan kata lain, setelah mengalami pendidikan dalam arti yang luas,akal seseorang diharapkan mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Sehingga kemampuan berperan sebagaimana yang diharapkan, yaitu untuk berfikir dan berdzikir.
c.       Aspek Tauhid
            Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli  disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homo religious artinya makhluk yang beragama.
                        Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan kerangka nilai dasar pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya. Dalam konteks makro pandangan Islam terhadap kemanusiaan, ada tiga implikasi dasar yaitu:
1.      Implikasi yang berkaitan dengan pendidikan dimasa depan.
2.      Tujuan (Ultimate goa)pendidikan yaitu muttaqin.
3.      Muatan materi dan metodologi pendidikan.
B.     Pengaruh Konsep Bi’ah Terhadap Pendidikan Anak
       Konsep Bi’ah ini adalah konsep lingkungan. Konsep ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak karena lingkungan ialah sesuatu yang berada di luar diri yang dapat mempengaruhi perkembangannya.
       Menurut Drs. Abdurahman Saleh ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu :
a.       Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
b.      Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin.
c.       Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan terhadap pendidikan dapat dibagi dalam tiga bagian:
1.      Pengaruh lingkungan positif.
2.      Pengaruh lingkungan negative
3.      Pengaruh netral
         Adapun lembaga-lembaga yang tumbuh di masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak seperti halnya :
a.       Keluarga
b.      Sekolah
c.       Tempat ibadah
d.      Masyarakat
BAB VIII
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
            Kurikulum dalam pendidikan Islam merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam. Kekeliruan dalam menyusun kurikulum akan membawa anak didik mengemukakan ketentuan yang berbagai macam guna menyusun kurikulum itu.
1.         Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam.
            Menurut Al-Taumi, prinsip pendidikan kurikulum pendidikan Islam adlah sebagai berikut:
            a.         Prinsip Pertama
Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran dan nilainya. Maka setiap yang bersangkutan dengan kurikulum termasuk falsafah kurikulum, metode mengajar, cara-cara perlakuan dan hubungan yang berlaku dengan lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
            b.         Prinsip Ke Dua
Yaitu prinsip Universal (menyeluruh) pada tujuan dan kandungan kurikulum.
            c.         Prinsip Ke Tiga
Prinsip ini merupakan  keseimbangan yang relatip antara tujuan dan kandungan kurikulum.
2.         Ciri-ciri Kurikulum Dalam Pendidikan Islam
a.          Sistem kurikulum harus selaras dengan fitrah manusia sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya.
b.          Hendaknya metode pendidikan bersifat luas, sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi.
c.          Memperhatikan priodisasi perkembangan peserta didik.
d.          Kurikulum tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan.
e.          Hendaknya kurikulum itu realistis, dalam artian bahwa kurikulum ini dapat direalisasikan sesuai dengan situasi dan kondisi.
3.         Kurikulum Pendidikan di Indonesia
                        a.Sistem Madrasah
                        b.Sistem Pondok Pesantren
BAB IX
PERBEDAAN ANTARA PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN BARAT.
A.        Sistem Ideologi
            Islam memiliki sistem ideologi At-Tauhid, yang bersumbrkan pada Al-Quran dan As-Sunnah. Sedangkan Non-Islam bersumber pada isme-isme, seperti Kapitalisme, Komunisme, Materialisme dan lain sebagainya.
B.        Sistem Nilai
            Pendidikan Islam menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber asal dan Ijtihad sebagai sumber tambahan. Sedangkan pendidikan Non-Islam bersumberkan pada hasil pemikiran, penelitian para ahli dan adat kebiasaan masyarakat.
C.        Orientasi Pendidikan
            Pendidikan Islam berorientasikan pada dunia dan akhirat, sedangkan pendidikan Non-Islam hanya berorientasi pada kehidupan dunia semata.
Adapun yang lebih jelasya dapat kita lihat dan kita pahami pada kolom di bawah ini.
PENDIDIKAN ISLAM
PENDIDIKAN BARAT
1.    Mengacu kepada idiologi al-tauhid yang bersumber kepada al-Qur’an dan hadits
2.    Pendidikan islam berorientasi kepada kebutuhn duniawi dan ukhrowi
3.    Kebutuhan rohani dan jasmani
4.    Bersumber dari ijtihad  yang acuannya adalah Al-Qur’an dan Hadits sebagai tambahan dalam metode pendidikan
5.    Mengatur hubungan antara manusia dengan sang pencipta dengan alam serta manusia
6.     Membawa manusia supaya dapat menempuh kehidupan duniawi yang indah serta terhindar dari siksa Allah yang sangat pedih.
1.   Mengacu kepada idiologi- idiologi yang bersumber dari isme-isme materialis, komunis, ateis, sosialis dan kapitalis
2.   Berorientasi  kepada kebutuhan duniawi semata ( materialisme)
3.   Kebutuhan jasmani semata
4.   Hasil pemikiran, penelitian para ahli dan adat kebiasan masyarakat
5.   Hanya mengatur bagaimana manusia itu dapat mengembangkan potensinya demi kebutuhan hidup semata( sosialis)
6.   Bertitik tolak dari pilsafat progmatisme yaitu yang mengukur keberadaan menurut kepentingan waktu, tempat, situasi dan berakhir pada garis hajat.
            Apabila ide pokok idiologi Islam berupa At-Tauhid maka setiap tindakan pendidikan Islam harus berdasarkan At-Tauhid pula. Maka dari itu tauhid juga bukan hanya meng-Esakan tuhan seperti yang dipahami oleh kaum monoteis,melainkan juga meyakini kesatuan pencipta (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of menkind), kesatuan tuntutan hidup (unity of purpose), dengan kerangka dasar tauhid ini maka pendidikan Islam  tidak ditemukan tindakan dualisme, dikotomi, bahkan sekularis. Sistem pendidikan Islam mencakup : pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, tujuan dan media, menghendaki adanya integralisme yang menyatukan kebutuhan dunia dan akhirat jasmani dan rohani.
Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Firman Allah swt:
وابتغ فيما ءاتك الله الدَّارالاخرة ولاتنس نصيـبك من الدنيا واحسن كمااحسن الله اليك ولاتبغ الفساد فى الارض ان الله لايحب المفسدين ﴿٧٧﴾
Dari penjelasan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjalin hubungan yang erat dengan Allah dan seasama manusia. Pada dasarnya ajaran Islam dibagi dalam dua kelompok yaitu akidah dan syariah. Muslim yang sejati disisi Allah adalah orang yang beriman dan menjalannkan syariahnya. Barang siapa beramal tanpa bersyariah atau sebaliknya niscaya tidak berhasil.
Fungsi pendidikan dalam Islam yaitu untuk menciptakan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di akhirat, akan tetapi tidak terbatas pada kehidupan duniawi semata. Sedangkan fungsi pendidikan barat yang notabenenya adalah non islam hanya memfokuskan kehidupan duniawi semata dalam pengkajian ilmu pengetahuan.

BAB X
PERBEDAAB ANTARA TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
1.         Tujuan Pendidikan Islam
            a.         Memiliki keperibadian Islam
            b.         Menguasai tsaqofah Islamiyah dengan handal
            c.         Menguasai ilmu-ilmu terapan
            d.         Memiliki keterampilan yang tepat dalam berdayaguna
2.         Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia
            Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses kependidikan dengan berbagai cara untuk sistem, baik sistem formal maupun non formal.
BAB XI
SYARAT-SYARAT PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.    Definisi Pendidik Menurut Ajaran Pendidik Islam
1.      Pendidik Dalam Islam
Ø  Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, serta implementasi.
Ø  Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.
Ø  Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaruhi pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Ø  Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
            Menurut imam Al-Ghozali, agar pendidik sukses dalam menjalankan tugasnya ia harus memiliki adab yang baik. Imam Al-Ghozali berkata, “mata anak didik selalu tertuju kepadanya, telinganya selalu menganggap baik berarti baik pula disisi mereka dan apabila dia menganggap jelek berarti jelek pula disisi mereka.
B. Syarat Syah Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Diantara syarat-syarat pendidik yaitu:
1.Harus orang beragama Islam
2.Bertanggung jawab
3.Mampu bersaing dengan guru-guru sekolah umum lainnya
4.Harus mengerti ilmu mendidik dengan sebaik-baiknya
5.Memiliki bahasa yang baik
6.Mencintai anak didiknya
7.Harus bekerja (mendidik) karena Allah
C. Tugas Pendidik Dalam Islam
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena tujuan pendidik Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam pradigma jawa, pendidik diidentikan dengan (gu dan ru) yang berarti “ digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu dipercaya karena guru mempunyai seperangkap ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru karena guru mempunyai kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.
Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Sebagai instruksional (pengajar), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan.
2.      Sebagai educator (pendidik), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
3.      Sebagai managerial (pendidik), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah.  
BAB XII
ALAT-ALAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
            Alat pendidikan yang dapat digunakan untuk pendidikan agam di sekolah misalnya:
1.         Media tulis dan cetak
2.         Benda-benda alam
3.         Gambar-gambar, lukisan, diagram, peta dan grafik.
4.         Gambar yang dapat diproyeksi baik dengan atau tanpa suara

BAB XIII
PEMBINAAN LINGKUNGAN ISLAM DALAM AJARAN PENDIDIKAN ISLAM
            Pembinaan lingkungan mempunyai andil yang sangat signifikan dalam pembentikan sikap dan perilaku, yang pada akhirnya akan membentuk sebuah keperibadian yang sempurna. Pembinaan lingkungan sendiri, terdiri dalam tiga lingkup yang secara keseluruhan akan mendukung proses implementasi pendidikan Islam, lingkungan tersebut adalah:
1.         Lingkungan sekolah
2.         Lingkungan masyarakat
3.         Lingkungan keluarga
BAB XV
KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM
A.    Pengertian Lembaga
Secara etimologi, asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan atau melakuakan suatu usaha atau suatu penelitian keilmuan. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, satu pengertian secara fisik, material, kongkrit, dua pengertian secara nonfisik, nonmaterial, dan abstrak.
Amir Daien mendefinisikan lembaga pendidikan dengan orang atau badan yang secara wajar memiliki tanggung jawab pendidikan. Definisi lain tentang pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi yang terarah dalam mengikat individu yang memiliki otoritas formal dan sangsi hukum, guna tercapainya kebutuhan sosial dasar.
Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologis adalah suatu wadah atau tempat dimana berlangsungnya dan terselenggaranya pendidikan Islam, dan mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta memiliki struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang di bawah naungannya sehingga ia memiliki.
B.     Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam Dengan Tanggung Jawabnya
Adapun ruang lingkup kelembagaan pendidikan Islam ini antara lain meliputi keluarga, mushalla atau mesjid, madrasah atau sekolah dan pondok pesantren.
1.      Keluarga
Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu dan grup, merupakan kelompok pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya.
2.      Mesjid atau mushalla
Menurut bahasa mesjid berarti tempat sujud, sedangkan menurut istilah ialah tempat umat Islam menunaikan shalat, dzikir kepada Allah SWT. baik mesjid atau mushalla yang semula dijadikan tempat shalat dan dzikir kepada Allah SWT. kemudian juga menjadi tempat untuk melaksanakan pendidikan.
H. Zaenal Abidin Ahmad menyitir pendapat Ustadz Ali Al-Qadli yang menyatakan bahwa mesjid adalah lembaga atau wadah pendidkan yang kedua setelah rumah. Beliau berkata  mesjid di dalam Islam melembagakan faktor pendidikan yang penting. Karena mesjid adalah tempat beribadah kepada Allah SWT, dan juga tempat memberikan pendidikan.
Prof. Athiyah al-Abrasyi menyatakan sebagai berikut: “pendidikan dalam Islam erat kaitannya dengan mesjid, kaum muslimin telah memantapkan mesjid untuk tempat beribadah, sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam serta pendidikan keagamaan dimana dipelajari kaidah-kaidah islam, hukum-hukum Agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi para pemimpin”.
3.      Sekolah atau Madrasah
Lembaga pendidikan ini terdiri dari beberapa jenjang, yang diantaranya:
a.       Raudatul Atfal
b.      Madrasah Ibtidaiyah
c.       Maddrasah Diniyah
d.      Madrasah Tsanawiyah
e.       Madrasah Aliyah
f.       Al-Jamiah atau lebih dipakai dengan nama IAIN terdiri dari lima Fakultas:
Ø  Fakultas Dakwah
Ø  Fakultas Syari’ah
Ø  Fakultas Tarbiyah
Ø  Fakultas Ushuludin
Ø  Fakultas Adab
  1. Pondok Pesantren
Dalam kamus Bahasa Indonesia WJS Poerdarminto mengartikan pondok sebagai tempat mengaji, belajar agama Islam, sebagai pesantren diartikan sebagai tempat orang yang belajar atau menuntut pelajaran agama Islam.
HA. Timur Jaelani MA. Mengatakan bahwa yang dimaksud pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara sorogan. Dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para Ulama besar. Sedangkan para santri biasanya tinggal di pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa pondok pesantren itu terdiri dari dua tipe yaitu:
a.       Pondok pesantren yang mempertahankan pendidikan dalam bentuk asinya, pondok pesantren ini tidak memiliki tingkat seperti halnya sekolah.
b.      Pondok pesantren yang menyesuaikan dengan tuntunan dan kemajuan zaman di lapang pendidikan. Karna itu ada penjenjangan belajar santri.
C.    Lembaga Pendidikan Islam Dilihat dari Ajaran Islam Sebagai Asasnya
Sidi Ghazalba mengemukakan, bahwa jenis lembaga pensisikan Islam yang serba tetap dan tidak boleh berubah serta tidak mungkin berubah adalah sebagai berikut:
1.      Rukun iman adalah asas ajaran dan amal Islam
2.      Ikrar keyakinan atau pengucapan dua kalimah syahadat adalah lembaga pernyataan.
3.      Thaharah adalah lembaga penyucian
4.      Shalat adalah lembaga utama agama
5.      Zakat adalah lebaga pemberian wajib
6.      Puasa, lembaga menahan diri
7.      Haji adalah lembaga kunjungan ke Baitullah
8.      Ihsan, lembaga membaiki
9.      Ikhlas adalah lembaga yang menjadi amal agama
10.  Taqwa adalah lembaga yang menjaga hubungan dengan Allah SWT.
Adapun lembaga yang dapat berubah, karena perubahan norma-norma adalah :
a)      Ijtihad, lembaga berfikir
b)      Fiqih, lembaga putusan tentang hukum yang dilakukan dengan ijtihad
c)      Akhlak, lembaga nilai-nilai tingkah laku perbuatan
d)     Lembaga pergaulan masyarakat
e)      Lembaga ekonomi
f)       Lembaga politik dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar